Friday, May 8, 2015

Khaulah binti Malik bin Tsa'labah


 
Dia seorang wanita yang fasih dan indah perkataannya. Dia
selalu berhubungan dengan Allah SWT. Tidak kehilangan imannya kepada
Allah di saat-saat yang paling sulit. Akan tetapi dia mengadukan ke-
pada Allah dan Rasul-Nya. Kami ketengahkan kisah Khaulah bersama su-
aminya di hadapan para suami dan isteri ketika terjadi perselisihan,
perdebatan, perbantahan dan pertengkaran.

        Khaulah berkata :"Demi Allah, mengenai aku dan Aus bin Shamit,
Allah Azza wa Jalla menurunkan awal surah Al Mujaadilah. Dia berkata :
"Ketika itu aku sedang berada di dekatnya. Dia adalah orang tua yang
buruk kelakuannya dan sudah jemu." Khaulah berkata :"Pada suatu hari
dia masuk kepadaku, lalu aku membantahnya karena sesuatu hal sehingga
dia marah dan berkata :"Engkau terhadapku seperti punggung ibuku."
Kemudian dia keluar, lalu duduk di tempat pertemuan kaumnya sesaat,
setelah itu dia masuk dan menginginkan diriku. Maka aku katakan :
Sekali-kali jangan. Demi Allah yang menguasai nyawaku, jangan lolos
kepadaku sementara engkau telah mengatakan apa yang engkau katakan,
hingga Allah dan Rasul-Nya memberi keputusan tentang kita."

        Khaulah berkata : "Dia memaksaku, namun aku menolak. Aku
berhasil mengalahkannya, sebagaimana halnya wanita yang berhasil
mengalahkan laki-laki tua, maka aku berhasil menyingkirkannya dariku.
Kemudian aku keluar menemui Rasulullah SAW, lalu duduk di hadapan
beliau dan aku ceritakan kepada beliau perlakuan sang suami terhadap
diriku. Aku adukan kepada beliau perlakuan buruk yang aku terima dari
suamiku." Khaulah berkata :"Rasulullah SAW hanya bersabda :"Wahai,
Khuwailah, putera pamanmu seorang tua yang sudah lanjut usianya, maka
takutlah engkau kepada Allah."

        Khaulah berkata :"Demi Allah, begitu aku pergi, turun Al-
Qur'an mengenai diriku. Rasulullah SAW mengalami sesuatu yang biasa
dialaminya, kemudian terbebas darinya. Maka beliau bersabda :"Wahai
Khuwailah, Allah telah menurunkan wahyu mengenai dirimu dan temanmu.
Kemudian beliau membacakan surah Al Mujaadilah :
       "Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang
memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya dan mengadukan (halnya)
kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguh
nya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
        Orang-orang yang menzihar isterinya di antara kamu, (menganggap
isterinya sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka.
Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan
sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan yang
mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
        Orang-orang yang menzihar isteri mereka, kemudian mereka hendak
menarik kembali apa yang mereka ucapkan, mereka (wajib atasnya) memerde-
kakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah
yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerja-
kan.
        Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya)
berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa
yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin.
Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan itulah
hukum-hukum Allha; bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih."
(Q.S. Al-Mujaadilah, 58:1-4)

        Khaulah berkata :"Kemudian Rasulullah SAW bersabda : Suruhlah
dia membebaskan seorang budak. Maka aku katakan : Demi Allah, wahai
Rasulullah, dia tidak punya budak untuk dibebaskan. Nabi SAW bersabda :
Suruhlah dia berpuasa dua bulan berturut-turut. Maka aku katakan : Demi
Allah, sesungguhnya dia seorang tua renta yang tidak berdaya. Nabi SAW
bersabda : Suruhlah dia memberi makan orang miskin sebanyak 60 sha' kurma.
Maka aku katakan : Wahai, Rasulullah, dia tidak mempunyai makanan sebanyak
itu. Maka Rasulullah SAW bersabda : Kami akan membantumu dengan serangkai
kurma. Maka aku katakan : Wahai Rasulullah, aku akan membantunya dengan
serangkai kurma lagi. Kemudian Rasulullah SAW bersabda : Engkau berbuat
benar dan baik. Pergilah dan sedekahkan kurma itu baginya, kemudian per-
lakukan putera pamanmu dengan baik. Maka aku pun melakukannya."
["Al-Ishaabah, juz 8, halaman 618-620]

        Inilah dia, Khaulah. Di dalam kisahnya terdapat pelajaran tentang
kerukunan hidup suami isteri dan keikutsertaan dalam memperbaiki perpecah-
an dan pemeliharaan hubungan kerabat serta ketuaan usia antara suami isteri.
Diriwayatkan, bahwa Umar bin Khaththab r.a. berjumpa dengannya di masa khi-
lafahnya, ketika dia sedang menunggang seekor keledai dan orang-orang di
sekelilingnya. Kemudian Khaulah menyuruhnya berhenti dan menasihatinya.
Lalu dikatakan kepada Umar r.a. :"Apakah engkau bersikap demikian terhadap
perempuan tua ini ?" Umar berkata :"Tahukah kalian, siapa wanita tua ini ?
Dia adalah Khaulah binti Tsa'labah. Allah SWT mendengar perkataannya dari
atas tujuh lapis langit. Apakah Tuhan semesta alam mendengar perkataannya,
sedangkan Umar tidak mendengarnya ?" [Husnul Uswah bimaa Tsabata Minallaahi
wa Rasuulihi fin Niswah]

        Khaulah tidak mengandalkan kekerasan dan tidak berpikir mengenai
kejahatan, karena itu bukan akhlaq Islam. Akan tetapi dia mencari penye-
lesaian di sisi Allah dan Rasul-nya, dan mengadukan perkaranya kepada
Allah SWT yang menciptakannya, agar menghilangkan kesusahannya dan memberi
kemudahan sesudah kesulitan. Jika Anda ingin mendengarnya ketika menyampai-
kan keluhan kepada Rasulullah SAW, maka marilah kita baca hadits yang di-
riwayatkan oleh Ibnu Majah dan Al-Hakim, dan disahihkannya, dan Baihaqi
serta lainnya dari 'Aisyah r.a., dia berkata :

        "Maha Suci Allah yang pendengaran-Nya mendengar segala sesuatu.
Sungguh aku mendengar perkataan Khaulah binti Tsa'labah dan sebagiannya
tidak bisa kudengar ketika dia mengadukan suaminya kepada Rasulullah SAW
dan berkata : Wahai Rasulullah, dia menghabiskan masa mudaku dan aku
banyak melahirkan anak untuknya. Setelah usiaku menjadi tua dan aku ber-
henti melahirkan, dia melakukan zihar terhadapku. Ya, Allah, aku mengeluh
kepada-Mu."

        Khaulah berkata :"Begitu aku pergi, Jibril a.s. turun membawa ayat-
ayat ini." [Surah Al-Mujaadilah]

        Nabi SAW telah berwasiat agar memperlakukan para wanita dengan baik
dan beliau adalah teladan tertinggi dalam memperlakukan isteri-isterinya.
Nabi SAW bersabda mengenai hal itu : "Tidaklah orang Mu'min mendapat faedah
sesudah taqwa kepada Allah yang lebih baik daripada isteri yang sholeh. Jika
dia menyuruhnya, maka sang isteri menaatinya. Jika dia memandang kepadanya,
sang isteri menyenangkannya. Jika dia bersumpah kepadanya, maka sang isteri
melakukannya. Jika dia tidak ada di rumah, sang isteri memelihara harta dan
kehormatan suaminya." Nabi SAW bersabada : "Orang Mu'min yang paling sempur-
na imannya ialah yang terbaik akhlaqnya, dan sebaik-baik kamu adalah yang
terbaik terhadap isterinya." ["Kanzul 'Ummaal (9/258-261)]

        Nabi SAW juga bersabda dalam akhir sebuah khotbahnya :"Perlakukan
para wanita dengan baik."  Dari Amru Ibnul Ahwash di sebuah hadits panjang
dalam menceritakan haji Wada', dari Nabi SAW, beliau bersabda :"Perlakukan-
lah para isteri dengan baik, karena mereka adalah tawanan pada kalian. Ka-
lian tidak berkuasa sedikit pun atas mereka selain itu, kecuali jika mereka
melakukan perbuatan keji. Jika mereka melakukannya, maka jauhilah mereka
dengan pukukan yang tidak menyakitkannya.
        Jika mereka taat kepada kalian, maka janganlah mencari jalan untuk
menyakiti hati mereka. Ketahuilah, bahwa kamu mempunyai hak pada isteri-
isterimu dan isteri-isterimu mempunyai hak kepada kalian. Adapun hak kalian
pada isteri-isterimu, maka mereka tidak boleh mengizinkan orang-orang yang
tidak kalian sukai menginjak tempat tidurnya dan tidak boleh mengizinkan
orang-orang yang tidak kamu sukai memasuki rumah-rumah kalian. Ketahuilah,
sesungguhnya hak mereka pada kalian adalah kalian beri pakaian dan makanan
yang baik kepada mereka." (HR. Tirmidzi dan disahihkannya)


                                *****

Wallahu a'lam bishowab.