Monday, February 2, 2015

Sebab-Sebab Rusaknya Amal

Pertama : Dosa Kekafiran, Syirik dan Murtad
Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari Kiamat.
Allah memberitakan bahwa tujuan penciptaan kita tidak lain adalah untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ (56)

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzaariyaat: 56).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan bahwa ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah baik berupa perkataan atau perbuatan, yang lahir maupun yang batin. (Al-’Ubudiyah, hal. 6)


Ibadah disini meliputi do’a, sholat, nadzar, kurban, rasa takut, istighatsah (minta pertolongan) dan sebagainya. Ibadah ini harus ditujukan kepada Allah semata dan tidak boleh ditujukan kepada selain-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5)

“Hanya kepada-Mu lah kami beribadah dan hanya kepada-Mu lah kami minta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5).
Barangsiapa yang menujukan salah satu ibadah tersebut kepada selain Allah Ta’ala maka inilah kesyirikan dan pelakunya disebut musyrik.
Orang yang dalam hidupnya banyak melakukan amal sholih seperti sholat, puasa, shadaqah dan lainnya, namun apabila dalam hidupnya ia berbuat syirik akbar dan belum bertaubat sebelum matinya, maka seluruh amalnya akan terhapus. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَوْ أَشْرَكُوْا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ (88)

“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’aam: 88).
Begitu besarnya urusan ini, hingga Allah Ta’ala memberi peringatan kepada para Nabi-Nya tentang bahaya kesyirikan yang apabila menimpa pada diri mereka maka akan menghapuskan seluruh amalnya. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (65)

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65)
Pelaku Syirik Akbar Kekal di Neraka
Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا (48)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisaa’: 48).

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِيْنَ مِنْ أَنْصَارٍ (72)

“Barangsiapa yang mensekutukan Allah, pasti Allah haramkan atasnya untuk masuk Surga dan tempatnya adalah di Neraka. Dan tidak ada bagi orang yang zholim ini seorang penolong pun.” (QS. Al-Ma’idah: 72).
Ketahuilah, perbuatan syirik tidak akan mendatangkan manfaat sedikit pun kepada pelakunya. Ia akan merugi selama-lamanya, amalannya tertolak dan menjadi sia-sia.
Bukankah Orang Kafir Juga Pernah Melakukan Kebaikan?
Tidak kita ingkari bahwa di antara orang kafir dan musyrik ada yang gemar bersedekah, berbakti kepada orang tuanya, menyambung tali silaturahim atau pernah melakukan amal kebaikan lainnya. Apakah ini tidak berpahala?
Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَرَادَ اْلآَخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُوْرًا (19)

“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al-Israa’: 19).
Renungkanlah firman-Nya: “…sedang ia adalah mukmin,” hal ini ditekankan karena kekafiran dan kesyirikan adalah menjadi sebab amalan itu tidak bermanfaat.
Orang yang mati dalam keadaan kafir, tetapi mereka melakukan sebagian amal kebaikan, Allah Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan perbuatan baiknya itu, namun Allah akan membalasnya di dunia saja.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لاَ يَظْلِمُ مُؤْمِنًا حَسَنَةً يُعْطَى بِهَا فِي الدُّنْيَا وَيُجْزَى بِهَا فِي اْلآخِرَةِ،
وَأَمَّا الْكَافِرُ فَيُطْعَمُ بِحَسَنَاتِ مَا عَمِلَ بِهَا لِلَّهِ فِي الدُّنْيَا
حَتَّى إِذَا أَفْضَى إِلَى اْلآخِرَةِ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَةٌ يُجْزَى بِهَا

“Sesungguhnya Allah tidak akan menzholimi kebaikan seorang mukmin. Dia memberinya rizki (dalam riwayat lain: Dia memberinya pahala) di dunia dan balasan di Akhirat. Adapun orang kafir, ia diberi makanan dengan kebaikan yang ia lakukan di dunia sehingga apabila ia telah pulang ke Akhirat, tidak satu pun kebaikan yang bisa dibalas.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2808)
Suatu hari, Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang Abdullah bin Jud’an yang mati dalam keadaan syirik pada masa Jahiliyah, akan tetapi dia adalah orang baik, memberi makan, menolong orang yang teraniaya dan punya kebaikan lain yang banyak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

لاَ يَنْفَعُهُ، إِنَّهُ لَمْ يَقُلْ يَوْمًا: رَبِّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ

“Semua amalan itu tidak bermanfaat sedikit pun, karena ia tidak pernah sekalipun mengatakan: “Wahai Rabbku, ampunilah kesalahanku pada Hari Pembalasan.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 214).
‘Abdullah bin Jad’an adalah orang yang sering memberi makan, sampai-sampai ia menyediakan sebuah piring besar berisi makanan untuk tamu tidak diundang, yang makanan itu bisa diambil menggunakan tangga. Semua itu tidak bermanfaat untuknya di Akhirat karena ia mati dalam keadaan kafir. Dia mengingkari adanya Hari Kebangkitan.
Meskipun orang-orang kafir melakukan banyak kebaikan namun mereka mati dalam keadaan kafir, tidak akan diterima oleh Allah, taubat dan tebusannya, karena mereka telah menghabiskan kebaikan mereka dalam kehidupan dunia. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

يَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِيْنَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ
أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا
فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُوْنَ فِي اْلأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ
وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُوْنَ (20)

“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke Neraka, (dan dikatakan kepada mereka): “Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan adzab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa haq dan karena kamu telah fasik.” (QS. Al-Ahqaaf: 20).
Jika Orang Kafir Masuk Islam
Apabila seorang kafir masuk Islam dan wafat di atas keimanan, Allah akan menghapus semua kesalahannya, dan dituliskan untuknya kebaikan yang pernah ia lakukan sebelum masuk islam, sebagaimana hal ini ditunjukkan oleh dalil-dalil yang gamblang dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia bercerita bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا أَسْلَمَ الْعَبْدُ فَحَسُنَ إِسْلاَمُهُ كَتَبَ اللهُ لَهُ كُلَّ حَسَنَةٍ كَانَ أَزْلَفَهَا
وَمُحِيَتْ عَنْهُ كُلُّ سَيِّئَةِ كَانَ أَزْلَفَهَا،
ثُمَّ كَانَ بَعْدَ ذَلِكَ الْقِصَاصُ: الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ
وَالسَّيِّئَةُ بِمِثْلِهَا إِلاَّ أَنْ يَتَجَاوَزَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَنْهَا

“Apabila seorang hamba masuk Islam dan keislamannya itu baik, Allah akan menulis setiap kebaikan yang pernah ia lakukan dan dihapus darinya setiap kejelekan yang pernah ia lakukan, kemudian setelah itu adalah balasan (yaitu): satu kebaikan dihitung 10 sampai 700 kali lipat, setiap kejelekan dihitung satu, kecuali bila Allah memaafkannya.” (Diriwayatkan oleh an-Nasa’i, no. 4998; al-Baihaqi dalam Syu’abul Iiman, no. 24 dan dishohihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shohiihah, no. 247)
Dari Hakim bin Hizam radhiyallahu ‘anhu, ia berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang perkara (ibadah) yang dulu aku pernah lakukan di masa Jahiliyah yang berupa shadaqah, memerdekakan budak, atau silaturahmi. Apakah ada pahalanya?” Beliau menjawab:

أَسْلَمْتَ عَلَى مَا أَسْلَفْتَ مِنْ خَيْرٍ

“Engkau masuk Islam di atas kebaikan yang pernah engkau lakukan.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 1369 dan Muslim, no. 123).

Dikutip dari buletin at-Taubah edisi ke-69
www.attaubah.com