
Hadits Keempat: Larangan Tabarruk dari Pepohonan dan Sejenisnya
Syaikh Robi' bin Hadi al Madkholi
عن أبي واقد الليثي – رضي الله عنه – قال:
خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى حنين ونحن حدثاء عهد بكفر، وللمشركين
سدرة يعكفون عندها وينوطون بها أسلحتهم يقال لها ذات أنواط، فمررنا بسدرة، فقلنا
يا رسول الله اجعل لنا ذات أنواط، كما لهم ذات أنواط فقال رسول الله صلى الله عليه
وسلم:
« الله أكبر إنها السنن قلتم والذي نفسي بيده،
كما قالت بنو إسرائيل لموسى: ﴿اجعل لنا إلهاً كما لهم آلهة قال إنكم قوم
تجهلون﴾ لتركبن سنن من كان قبلكم ».
(أخرجه أحمد والترمذي وصححه ، وعبد الرزاق وابن
جرير وابن المنذر وابن أبي حاتم والطبراني بنحوه).
Dari Abu Waqid al Laitsi rodhiyallahu 'anhu, beliau
berkata: Kami keluar bersama Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam ke
Hunain dan kami baru saja keluar dari kekafiran. Kaum musyrikin mempunyai pohon
yang mereka tinggal di sekitarnya dan mereka menggantungkan senjata-senjata
mereka di pohon itu, dinamai Dzaatu Anwaath. Maka kami melewati pohon
itu, lalu kami katakan, 'Wahai Rosulullah, buatkanlah untuk kami Dzaatu
Anwaath sebagaimana Dzaatu Anwaath punya mereka.' Lalu berkata
Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam, "Allahu Akbar, demi
Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, sungguh kalian telah berkata seperti Bani
Isroil telah berkata kepada Musa, ['... buatlah untuk kami sebuah tuhan
(berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).' Musa
menjawab: 'Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat
Tuhan).'] Sungguh kalian akan mengikuti jalan-jalan orang sebelum kalian."
(Dikeluarkan oleh Ahmad[1],
Tirmidzi[2] dan beliau
menshohihkannya, Abdur Rozzaq[3], ibnu Jarir[4],
ibnul Mundzir[5],
ibnu Abi Hatim, dan ath Thobroni[6] dengan yang
semisalnya).
Periwayat Hadits:
Beliau adalah Abu Waqid al Laitsi nisbat kepada Laits bin
Abd Manaf, dikatakan namanya al Harits bin Malik, dikatakan oleh yang lain ibnu
'Auf. Al Jama'ah telah meriwayatkan darinya, dan beliau mempunyai dua hadits di
dalam Shohihain. Dikatakan bahwa dia mengikuti perang Badr, dan dikatakan juga
bahwa dia termasuk muslim yang mengalami masa Fathul Makkah. Meninggal
tahun 68 H ketika berumur 85 tahun.
Kosa Kata:
حنين : tempat yang
dekat dengan Makkah.
حدثاء عهد بكفر :
artinya masa mereka dekat dengan kekafiran (baru masuk Islam, pent.)
سدرة : satu jenis dari
pohon.
يعكفون عندها : al 'ukuf
adalah tinggal di suatu tempat.
ينوطون :
menggantungkan senjata-senjata pada pohon itu dalam rangka mencari berkah.
السنن : jalan-jalan
atau metode-metode.
Makna Global:
Ketika perang Hunain, di dalam pasukan Rosulullah shollallahu
'alaihi wa sallam ada orang-orang yang baru masuk Islam, belum kokoh dalam
keIslamannya, dan belum mantap dalam memahami dakwah Islamiyyah dan dalam
memahami aqidah dan asas-asas karena masih dekat dengan masa kejahiliyahan dan
kesyirikan. Mereka melewati kaum musyrikin yang sedang tinggal di sekitar pohon
dalam rangka mencari berkah dan mengagungkannya. Orang-orang yang baru masuk
Islam melihat mereka melakukan hal itu sehingga mereka minta kepada Rosulullah
untuk membuatkan pohon tempat menggantungkan senjata-senjata guna mencari
berkah dan bukan bermaksud untuk menyembahnya. Menurut sangkaan mereka, Islam
memperbolehkan pencarian berkah semacam ini dan dengan cara ini mereka dapat
mencapai kemenangan atas musuh-musuh mereka.
Permintaan yang aneh dan ajaib ini mengejutkan Rosulullah shollallahu
'alaihi wa sallam, maka beliau mengatakan kalimat pengagungan yang
sepantasnya dapat diambil pelajaran bagi umatnya sampai hari kiamat: "Allahu
Akbar, demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, sungguh kalian telah berkata seperti
Bani Isroil telah berkata kepada Musa, ['... buatlah untuk kami sebuah tuhan
(berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).' Musa
menjawab: 'Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat
Tuhan).']"
Alangkah pentingnya bagi muslimin untuk memahami pelajaran
ini dan alangkah pentingnya bagi ulama khususnya untuk meneriakkan kalimat ini
dengan kuat dan keras di hadapan orang awam dan yang sejenisnya di mana mereka
mencari berkah kepada orang hidup, orang mati, pohon, dan batu dengan sangkaan
bahwa itu termasuk agama Islam. Dan orang yang tidak takut kepada Allah dan
tidak mengharap kepada Allah dan hari akhir dari budak-budak harta dan jabatan
menghiasi perbuatan itu dan memunculkan perasaan-perasaan bodoh dan polos, sehingga
mengokohkan mereka di atas kebatilan dan menarik mereka ke kancah peperangan
melawan al haq dan tauhid.
Faidah yang diperoleh dari Hadits:
1. Larangan menyerupai orang-orang jahiliyah.
2. Penyerupaan Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam
antara permintaan mereka dengan permintaan Bani Isroil.
3. Sesungguhnya perbuatan yang dicela untuk Bani Isroil,
juga dicela untuk umat ini jika mereka melakukannya.
4. Dalam hadits terdapat pemberitaan tentang kaidah menutup
pintu kejelekan.
5. Juga terdapat sebuah tanda dari tanda-tanda kenabian yaitu
terjadinya peristiwa yang telah dikabarkan Nabi shollallahu 'alaihi wa
sallam sebelumnya.
6. Takut dari kesyirikan dan bahwa manusia terkadang
menganggap baik sesuatu yang dia kira dapat mendekatkan diri kepada Allah yang
ternyata malah sangat menjauhkannya dari rahmatNya bahkan mendekatkan kepada
kemurkaanNya.
Sumber: Mudzakkirotul
Hadits an Nabawiy fil Aqidah wal Ittiba'